BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian
Kualitas
kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan
sangat penting untuk menciptakan kehidupan bangsa yang cerdas, damai, terbuka
dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Upaya peningkatan mutu pendidikan
itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.
Pada saat ini
pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengembangan berpikir kreatif
masih jarang dilakukan. Padahal secara tegas disebutkan bahwa tujuan pendidikan
saat ini adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan nasional pengembangan kreativitas siswa melalui pembelajaran harus
dilakukan.
Dalam pendidikan
formal, kemampuan mental yang dilatih umumnya berpusat pada pemahaman bahan
pengetahuan, ingatan dan penalaran logis, sistem pendidikan yang ada selama ini
ibarat sebuah bank. Siswa lantas diperlakukan seperti bejana kosong yang akan
diisi sebagai sarana tabungan yakni dengan peran guru sebagai subyek aktif, dan
siswa sebagai sebagai subyek pasif yang penurut, yang menerima apa saja yang
dianggap penting oleh guru dan menghafalnya. Keberhasilan pendidikan sering
hanya dinilai dari sejauh mana siswa mampu memproduksi pengetahuan yang
diberikan. Ia dihadapkan pada soal-soal yang harus dipecahkan dengan menemukan
satu-satunya jawaban yang benar, seringkali pula ia dituntut memecahkan
soal-soal dengan satu cara. Dapatlah dipahami bahwa pendekatan seperti ini
dapat menimbulkan kekakuan dalam berfikir dan kesempitan dalam menyelesaikan
suatu masalah. Dengan demikian daya pikir kreatif sebagai kemampuan untuk
melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau justru terhambat.
Guru adalah
salah satu yang memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah dan
guru merupakan unsur yang paling dekat dalam hubungan dengan siswa, sehingga
peranan guru banyak menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang akan berpengaruh pada hail belajar siswa. Oleh karena itu
guru harus benar-benar mengetahui keadaan siswa dan cara pengelolaan kelas
secara baik. Guru harus dapat mengkondisikan keadaan kelas agar suasana kelas
menjadi nyaman dan tidak menjemukan atau membosankan. Menciptakan suasana
belajar yang memberi kepuasaan dan kesenangan pada siswa dan usaha lain
dipandang pantas dilakukan untuk memenuhi kebutuhan untuk belajar siswa (Sagala,
2007: 101). Guru
harus mengerti
metode dan strategi apa yang sesuai dalam menyampaikan materi pelajaran
khususnya pelajaran metematika.
Dilain pihak,
rendahnya semangat belajar merupakan penyebab tersendiri terhadap hasil belajar
siswa, seperti yang diketahui bahwa semangat merupakan salah satu faktor yang
menimbulkan gairah dan perasaan senang terhadap materi pelajaran matematika
yang disampaikan oleh guru. Untuk mewujudkan hal tersebut pembelajaran yang
dilakukan sedemikian rupa sihingga setiap siswa melihat bahwa matematika
penting baginya dalam menghadapi masa depannya yang penuh masalah pelik yang perlu diselesaikan dengan
cara berpikir matematis. Siswa perlu disandarkan bahwa tanggung jawab terhadap
hasil belajarnya ada di tangan mereka, sedangkan guru bertanggung jawab pada
penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman
belajar yang optimal. Siswalah yang mengkonstruksi pengetahuan dalam
pikirannya, guru membantu dan memfasilitasi.
Hamzah (2007: 130) menyatakan bahwa seseorang
akan merasa mudah memecahkan masalah dengan bantuan matematika karena ilmu
matematika itu sendiri memberikan kebenaran berdasarkan alasan logis dan
sistematis. Disamping itu, matematika dapat memudahkan dalam pemecahan masalah
karena proses kerja matematika dilalui secara berurut yang meliputi tahap
observasi, menebak, menguji hipotesis, mencari analogi, dan akhirnya merumuskan
teorema-teorema (Hamzah,
2007: 130). Selain
itu, matematika memiliki konsep struktur dan hubungan-hubungan yang banyak menggunakan
simbol-simbol.
Pada saat ini,
matematika dianggap sebagai momok oleh sebagian siswa. Keadaan ini membuat
siswa takut dan kurang berminat terhadap matematika. Salah satu alternatif
solusi agar tidak terjadi demikian, diperlukan metode pembelajaran yang sesuai,
sehingga matematika menjadi pelajaran yang mudah dipahami, menyenangkan dan
disukai oleh setiap siswa.
Selama ini,
tanpa disadari sistem belajar matematika di hampir semua sekolah telah
menyebabkan ketegangan terhadap suasana belajar di kelas. Dalam arti lingkungan
belajar yang semestinya berjalan kondusif berubah menjadi tegang dan kaku
apabila pelajaran matematika dimulai, baik disebabkan oleh gurunya ataupun
siswanya sehingga berimplikasi terhadap penguasaan materi yang
disampaikan.
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru matematika SMP Islam
Karangploso, diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP
Islam Karangploso tahun pelajaran 2007/2008 tergolong rendah jika dibandingkan
dengan kelas-kelas lainnya, ini terlihat dari rendahnya hasil ulangan siswa.
Keadaan ini diperparah lagi dengan penggunaan metode pembelajaran yang dipakai
guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode yang dipakai guru
dalam mengajar yaitu metode pembelajaran konvensional dengan sistem ceramah.
Dengan didominasinya pembelajaran
menggunakan metode ceramah kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
menjadi pasif. Hal ini dapat dilihat dari jarangnya peserta didik mengajukan
pertanyaan, serta anggapan siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang paling
sulit. Adanya serangkaian permasalahan di atas menyebabkan proses kegiatan
belajar mengajar tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu siswa mampu berpikir
kreatif.
Dewasa ini
muncul berbagai metode pembelajaran sebagai pilihan bagi guru dalam mengajar,
sehingga kreatifitas guru dituntut dalam menerapkan metode pembelajaran yang
dipilih. Salah satu alternatif metode pembelajaran matematika adalah metode
demonstrasi, dimana metode demonstrasi tersebut peserta didik berkesempatan
mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam
proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam
metode pembelajaran demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari
hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat mudah oleh murid dan melalui
prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan. Karena
Berdasarkan
uraian di atas, maka penulis berminat untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kreatif dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIB SMP Islam Karangploso
Tahun Pelajaran 2007/2008”.
Anda
berminat dengan contoh skripsi ini silahkan hubungi kami di 085755969755 dengan biaya Rp. 50.000,- dengan pengiriman lewat email. Biaya
ini dipergunakan kelangsungan blog kioslomba.blogspot.com. Sekian..........
*Himbauan jangan meng-copy paste, plagiat atau
bentuk serupa lainnya contoh skripsi ini, karena contoh skripsi ini hanya
digunakan sebagai referensi saja.
0 komentar:
Posting Komentar