BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Matematika
merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi (Akib,
2001:143). Menurut Soedjadi (Akib, 2001: 143) dewasa ini matematika sering
dipandang sebagai bahasa ilmu, alat komunikasi antara ilmu dan ilmuwan serta
merupakan alat analisis. Dengan demikian matematika menempatkan diri sebagai
sarana strategis dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual.
Pendidikan
matematika pada jenjang pendidikan dasar mempunyai peranan yang sangat penting
sebab jenjang ini merupakan pondasi yang sangat menentukan dalam membentuk
sikap, kecerdasan, dan kepribadian anak. Karena itu Mendikbud Wardiman
Djojonegoro dalam sambutannya pada konferensi Matematika Asia Tenggara IV,
mengemukakan bahwa pelajaran matematika yang diberikan terutama pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan agar pada akhir setiap tahap
pendidikan, peserta didik memiliki kemampuan tertentu bagi kehidupan
selanjutnya. Namun kenyataan menunjukkan banyaknya keluhan dari murid tentang
pelajaran matematika yang sulit, tidak menarik, dan membosankan. Keluhan ini
secara langsung maupun tidak langsung akan sangat berpengaruh terhadap prestasi
belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan.
Meskipun
upaya untuk mengatasi hasil belajar matematika yang rendah telah dilakukan oleh
pemerintah. Seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku paket, peningkatan
pengetahuan guru-guru melalui penataran, serta melakukan berbagai penelitian
terhadap faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hasil belajar matematika. Namun
kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih jauh dari yang
diharapkan.
Pernyataan
di atas didukung oleh kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa prestasi
belajar matematika murid SDN 227 Larompong masih rendah jika dibanding dengan
mata pelajaran lain. Hal ini antara lain dapat dilihat pada data perolehan
nilai Ujian Akhir Sekolah (UAS) murid SDN 227 Larompong Tahun Pelajaran 2001/2002
seperti yang disajikan dalam tabel berikut:
TABEL
1. Perolehan NEM/Nilai UAS Murid SD 227 Larompong dari Tahun Pelajaran
1997/1998 sampai dengan Tahun Pelajaran 2001/2002
No
|
Tahun Pelajaran
|
Rata-rata NEM
|
Rata-rata
|
||||
PPKN
|
B. Indonesia
|
Matematika
|
IPA
|
IPS
|
|||
1.
|
1997/1998
|
7,02
|
6,80
|
6,00
|
6,21
|
6,32
|
6,47
|
2.
|
1998/1999
|
7,19
|
6,92
|
6,57
|
6,97
|
6,82
|
6,89
|
3.
|
1999/2000
|
7,58
|
7,01
|
6,69
|
6,95
|
6,80
|
7,00
|
4.
|
2000/2001
|
7,40
|
6,87
|
6,42
|
6,70
|
6,61
|
6,80
|
5.
|
2001/2002
|
7,57
|
7,05
|
6,72
|
6,96
|
6,86
|
7,03
|
(Sumber:
Rekap NEM SDN 227 Larompong)
Berdasarkan
tabel di atas, terlihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai murid
SDN 227 Larompong selalu paling rendah di antara lima bidang studi yang
diebtanaskan. Selain itu penguasaan bahan ajar matematika oleh murid belum
sesuai yang diharapkan. Sedangkan Usman Mulbar (Alwi, 2001:2) mengatakan bahwa
pengajaran matematika sulit diikuti oleh murid. Hal ini menunjukkan bahwa
pengajaran matematika sekolah hingga dewasa ini umumnya kurang berhasil.
Banyak
faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika murid SD 227
Larompong, baik yang berasal dalam dalam diri murid itu sendiri maupun yang
berasal dari luar diri murid. Faktor dari dalam diri murid misalnya, motivasi
belajar, minat belajar, sikap terhadap matematika, serta kemampuan berfikir
konvergen dan divergen. Sedangkan faktor yang berasal dari luar misalnya
kemampuan guru dalam mengelola proses belajar, sarana belajar, dan lingkungan
pendukung.
Berdasarkan
kenyataan di atas, kiranya perlu diamati permasalahan mengenai kesulitan murid
terhadap materi matematika, khususnya materi matematika sekolah dasar. Sesuai
dengan materi yang tercantum dalam kurikulum matematika SD, maka konsep dasar
berhitung yang perlu dikuasai murid antara lain: penguasaan operasi bilangan
bulat dan operasi pecahan.
Dalam
kurikulum SD Tahun 1994 murid SD sudah mulai diperkenalkan dengan operasi
pecahan pada Kelas III. Operasi pecahan biasa diajarkan di Kelas III Cawu 1, 2,
3, di Kelas IV Cawu 1, 2, 3, di Kelas V Cawu 2, dan di Kelas VI Cawu 1 dan 3.
sedangkan pecahan desimal mulai diajarkan di Kelas IV Cawu 1, Kelas V Cawu 3
dan diperluas pada Kelas VI Cawu 2 dan 3. namun siswa dalam mempelajari operasi
hitung bilangan pecahan murid masih nampak mengalami kesulitan. Misalnya pada
pelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan yang penyebutnya tidak sama.
Dengan demikian murid akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
pada pokok bahasan lain yang dikaitkan dengan topik tersebut. Berdasarkan
pemikiran tersebut, maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian tentang
kemampuan dan penguasaan operasi hitung bilangan pecahan murid Kelas VI SDN 227
Larompong.
Anda berminat dengan contoh skripsi ini
silahkan hubungi kami di
085755969755 atau
085755806767
Biaya pesan Rp. 50.000/contoh skripsi, dengan pengiriman lewat email.
Biaya ini dipergunakan kelangsungan blog
ini. Sekian..........
*peringatan : contoh skripsi yang anda
pesan hanya digunakan sebagai referensi dalam menyusun skripsi anda saja
(dilarang plagiat, copy-paste dan hal serupa lainnya)
Jika anda merasa bingung dalam penyusunan/pembuatan skripsi, anda bisa meminta bantuan pendampingan
kami dalam menyusun skripsi (pendampingan sampai anda ujian skripsi), dengan ketentuan berikut:
Pendidikan
|
Lama Penyusunan
|
Biaya
|
Fisika
Kimia
Matematika
Biologi
PKN
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Ekonomi
Olahraga
Geografi
PGSD
PGMI
PAI
BK
Pend. IPS
Pend. IPA
Pend. TIK
Menejemen, Ekonomi
Sastra Indonesia, Akuntansi
Hukum ,
|
1 bulan
|
750 rb
|
0 komentar:
Posting Komentar